40 posts
Pernah nggak sih kita merasa saat kita sedang futur. Saat kualitas dan kuantitas tilawah dan murajaah menurun. Saat derap langkah kaki menuju masjid untuk memenuhi panggilannya terasa berat. Saat sekedar mengeluarkan sepuluh ribu untuk bersedekah terasa susah. Saat berniat menghadiri majelis ilmu justru merasa malas.
Saat itulah kita sebenarnya sadar. Kita sadar makin menjauh dariNya. Percaya atau tidak pasti akan senantiasa ada perasaan bersalah di dalam jiwa ini. Tapi entah mengapa kita berusaha melawan perasaan jujur tersebut. Kita seolah membohongi diri kita sendiri bahwa kita butuh refreshing. Ah iya, daripada datang kajian mending jalan-jalan, sekali-sekali lah. Lalu lantas bukan lagi sekali namun berkali-kali. Ah, ntar dulu deh tilawahnya, masih sibuk ada tugas. Hingga akhirnya kita tak menyentuh Al-Quran sama sekali.
Lantas tiba-tiba pernah nggak sih merasa lalu datang aneka kesulitan. Lalu datang waktu yang kita rasa disia-siakan. Seharusnya plan kita ini, tapi nyatanya begini. Seharusnya mau belajar tapi malah ngantuk. Seharusnya target hari ini selesai tugas itu nyatanya sampai seminggu belum selesai.
Lalu kita justru menyalahkanNya. Kok teman saya yang kayaknya ga pernah shalat tapi dapat nilai bagus. Sementara saya yang shalat dan beriman kepadaNya justru mendapat hasil dibawah mereka. Di saat kita menyalahkanNya, tanpa sadar kita bukan semakin dekat. Namun justru semakin jauh dariNya.
Lalu Allah lagi-lagi memberi kesulitan. Tak seperti biasanya semangatmu menurun, padahal kamu bilang kamu sudah refreshing untuk jalan-jalan. Padahla kamu juga sudah menyeleseikan tugasmu, namun semangat dan motivasimu entah mengapa hilang.
Kamu tidak sadar bahwa segala kesulitanmu, segala kesia-siaan waktumu, segala kegagalanmu adalah isyarat dariNya bahwa Allah begitu merindukanmu. Allah rindu dengan tilawahmu, yang barangkali masih terbata-bata, masih kesulitan mengeja A-Ba-Tsa, dengan tajwid dan makhrijul huruf ala kadarnya, tapi kamu selalu berusaha keras menyelesaikannya.
Allah begitu merindukanmu, ketika mendengarmu sebagai hamba yang meminta ini itu terlalu banyak, namun Allah begitu mendengarkanmu dan mensetting waktu kapan akan mengabulkan doamu.
Allah begitu merindukanmu, ketika kamu mengikuti majelis ilmu, walau kamu di dalamnya terkantuk-kantuk, namun usahamu untuk tetap terjaga, membuat malaikat tak kuasa menahan diri untuk mencatat amal kebajikanmu.
Allah begitu merindukanmu, manakala kau justru menyalahkanNya atas apa yang terjadi, namun Ia tak pernah langsung mengazabmu, hanya saja memberimu isyarat - isyarat yang lain agar kamu memahami.
Ya, Allah begitu merindukanmu. Tak terhitung sudah isyarat-isyarat yang disampaikan kepadamu. Sekarang, apakah kita benar-benar merindukanNya?
A Lebanese poet once said
“Travel and tell no one,
live a true love life and tell no one,
live happily and tell no one,
people ruin beautiful things.”
and I live by it.
Text credit: @acceptingqadr via Instagram
Photography by @muqtar.k via app Instagram
Banyak cara untuk berbuat kebaikan. Jika tak bisa berbuat hal yang besar, mulailah dari hal yang kecil.
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. " (Q.S. Al-Zalzalah: 7)
Jika ramadhan tak mampu membuat hati lekat dengan Qur'an, lalu bulan apa lagi yang hendak kau harapkan?
©Quraners
Resolusi itu tidak harus besar. Kita tahu bahwa apa-apa yang besar bermula dari sesuatu kecil dan sederhana. Sesederhana meningkatkan kekhusyukan dalam sholat, menjauhi kesia-siaan, lebih rajin membaca buku, lebih tekun belajar setiap hari, dan melihat berbagai penjuru dunia lewat gmaps.
Beresolusi lah setiap hari. Tidak hanya di awal tahun untuk kemudian lupa di pertengahan tahun dan menyesalinya di akhir tahun. Pada setiap hari dimana kamu masih diberi nafas, jantungmu masih berdetak, dan darahmu masih mengalir, maka di setiap hari itulah kamu harus memancang target, memperjuangkannya susah payah, lantas mengevaluasinya di akhir malam.
Dan dunia adalah kefanaan. Jika untuk yang fana kita memancang target dan memperjuangkannya susah payah, lantas bagaimana untuk yang kekal selama-lamanya?
"Mengapa manusia takut mati?
Sebab mereka membangun rumahnya mewah di dunia, dan menelantarkan rumahnya bobrok di akhirat."
–Ustadz Mu'in, ketika kajian tafsir, entah berapa tahun silam
maa syaa Allah
The 17th Ramadan marks the anniversary of the first battle in Islam, the Battle of Badr.
Masjid al-Areesh is located near where the battle took place, and the masjid is built on the spot where the Prophet ﷺ pitched his tent and commanded 313 soldiers in battle.
Al-Hajj Malik Al-Shabazz رحمه الله (Malcolm X) was martyred on February 21st, in 1965.
May Allah grant him the highest of ranks in Jannah.